Perebutan pengaruh dan unjuk kekuasaan antara Rusia dan Amerika Serikat di Ukraina kian mendekatkan perang nuklir di depan mata dunia.
Suasana panas dan tegang antara Rusia dan Amerika Serikat yang didukung Uni Eropa tensinya terus meninggi pasca referendum Crimea yang memutuskan ingin bergabung ke Rusia.
Sejak krisis di Ukraina dan Crimea dimulai, Rusia terus menunjukkan kekuatan militernya, baik di perbatasan Ukraina maupun di dalam wilayah Crimea sebagai dukungan terhadap wilayah yang baru saja melepaskan diri dari Ukraina itu.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan negara-negara NATO serta Uni Eropa secara terang-terangan mendukung Ukraina dengan mengecam referendum Crimea dan merencanakan sanksi untuk Rusia.
Tak hanya itu, meski tak semasif Rusia, kekuatan militer NATO, terutama negara-negara anggota yang berbatasan dengan Ukraina terus diperkuat.
Sebagian besar negara tetangga Ukraina adalah anggota NATO seperti Polandia, Romania, Hongaria, dan Slowakia. Demikian pula negara-negara Baltik, Lituania, Latvia, dan Estonia.
Jika salah satu dari negara-negara NATO itu membantu Ukraina dan terlibat perang dengan Rusia, Amerika Serikat harus mengintervensi.
Bencana nuklir
Meski sejak Perang Dingin perlucutan senjata strategis mulai dilakukan, saat ini Amerika Serikat dan Rusia masih memiliki hulu ledak nuklir siap pakai dan jumlahnya ribuan.
Sejumlah data menyebut, Amerika Serikat masih memiliki persediaan misil balistik antarbenua (ICBM) sebanyak 448 buah yang masih mengarah ke wilayah Rusia.
Total, Amerika Serikat diperkirakan masih memiliki 7.700 buah hulu ledak, termasuk 1.950 hulu ledak yang bisa diluncurkan lewat ICBM, kapal selam, dan pesawat udara.
Sementara itu, Rusia diperkirakan memiliki 8.500 hulu ledak berbagai jenis, tetapi hanya sekitar 1.800 buah yang siap pakai.
Sementara itu, Rusia saat ini diperkirakan memiliki 845.000 personel militer aktif dengan sekitar 2,5 juta personel militer cadangan. Namun sejumlah pengamat menilai, pasukan Rusia tidak mampu mengatasi kemampuan pasukan NATO.
Amerika Serikat sendiri memiliki 1,4 juta personel militer aktif dan 850.000 personel cadangan. Namun, Amerika Serikat tak bisa mengerahkan semuanya ke Rusia. Sebagian harus menjaga 598 pangkalan militer Amerika Serikat dan sebagian lainnya harus bersiaga di dalam negeri.
Sementara NATO memiliki Pasukan Reaksi Cepat NATO (NRF) yang akan langsung terlibat pertempuran pertama dengan Rusia. Unit ini memiliki 13.000 personel yang siaga dan ribuan lain sebagai cadangan.
Rusia memiliki keuntungan karena Armada Laut Hitam berpangkalan di Sevastopol, tetapi NATO dan Amerika Serikat memiliki keunggulan di udara, kemampuan radar yang lebih baik, misil, dan peralatan perang elektronik.
Jika perang anatara Rusia dan Amerika Serikat terjadi, tidak akan menjadi penting siapa yang akan memenangkan laga, namun kehancuran dunia yang diakibatkannya sangat penting dan sangat luar biasa.
Jika Perang Dunia I menewaskan 40 juta orang, Perang Dunia II mengakibatkan 85 juta orang kehilangan nyawa, maka perang nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia ini akan menelan korban jauh lebih besar.
referensi: LENSAINDONESIA.COM
Komentar