Langsung ke konten utama

Periodisasi Sastra

Periodisasi sastra yaitu kategori atau pembedaan waktu perkembangan sastra Indonesia dengan ciri-ciri masing-masing periode. Setiap babak atau periode waktu perkembangan sastra Indonesia mempunyai ciri yang berbeda dengan periode lainnya. Berikut periodisasi sastra Indonesia yang bisa Anda perhatikan perbedaannya.
 
Periode Sastra Melayu Lama
Periode ini lahir karya sastra yang berupa pantun, syair, hikayat, dongeng, mantra, dan banyak lainnya. 
 
Periode Peralihan
Pada periode ini lahir tokoh seperti Abdullah bin Abdulkadir Munsyi yang banyak dianggap sebagai pembaharu karya yang tidak lagi bercerita tentang istana dan raja. Karya Abdullah banyak bercerita tentang kehidupan manusia dalam masyarakat yang nyata seperti misalnya Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah dan juga Syair Perihal Singapura Dimakan Api.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Abdullah tidak hanya dari segi isi ceritanya, namun juga pada bahasa yang digunakan. Abdullah tidak lagi menggunakan bahasa Melayu ke-Arab-an.
 
Periode Sastra Indonesia
Periode sastra Indonesia terbagi menjadi empat angkatan secara garis besar. Berikut penjelasannya.
 
  • Angkatan 20-an (Angkatan Balai Pustaka)
Angkatan ini memiliki ciri umum yaitu tema karya seputar konflik adat di mana kaum tua berkonflik dengan kamu muda, kawin paksa, perjodohan, dan kasih yang tak sampai. Corak aliran pada angkatan ini adalah romantik sentimental yang menggunakan bahasa Melayu dan bahan cerita biasanya berasal dari Minangkabau.
Tokoh dalam Angkatan Balai Pustaka :
  • Roman Azab dan Sengsara karya Merari Siregar
  • Roman Siti Nurbaya, karya Marah Rusli
  • Roman Di Bawah Lindungan Ka’bah, karya Hamka
  • Roman Salah Asuhan, karya Abdul Muis
  • Novel Sengsara Membawa Nikmat, karya Tulis Sutan Sati
  • Novel Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan, karya Nur Sutan Iskandar
  • Kumpulan cerpen Teman Duduk, karya M Kasim
  • Novel Kehilangan Mestika, karya Hamidah
 
  • Angkatan 30-an (Angkatan Pujangga Baru)
  1. Angkatan ini memiliki ciri yang berbeda dari angkatan sebelumnya, yaitu : 
  2. Tema lebih kompleks seperti emansipasi perempuan, kehidupan kalangan intelektual, dan banyak lagi.
  3. Karya tidak lagi menggunakan bahasa Melayu, tetapi menggunakan bahasa Indonesia modern
  4. Bentuk karya lebih bebas dan mementingkan keindahan bahasa, seperti puisi bebas dan juga sonata
  5. Tema karya kental dengan setting masyarakat dalam masa penjajahan
  6. Aliran karya yang dianut yaitu romantik idealisme
  7. Karya sangat dipengaruhi oleh barat
Tokoh dalam Angkatan Pujangga Baru yaitu :
  • Novel Layar Terkembang dan roman Dian Tak Kunjung Padam, karya Sutan Takdir Alisjahbana
  • Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya Hamka
  • Novel Belenggu, karya Armin Pane
  • Drama Ken Arok dan Ken Dedes, karya M. Yamin
  • Kumpulan puisi Setanggi Timur dan Nyanyi Sunyi, karya Amir Hamzah
  • Bebasari, karya Rustam Effendi
  • Manusia Baru, karya Sanusi Pane
 
  • Angkatan `45
Angkatan ini memiliki ciri yang lebih bebas dalam prosa dan puisinya. Prosa dalam angkatan ini mempunyai corak realisme, sedangkan puisinya mempunyai corak ekspresionisme. Setting dan tema yang kebanyakan diambil angkatan ini adalah masa revolusi. Angkatan ini lebih mementingkan isi sastra ketimbang keindahan bahasa yang dipakai, sehingga angkatan ini jarang yang menghasilkan roman seperti pada angkatan sebelumnya. 
Tokoh dalam Angkatan `45 yaitu : 
  • Kumpulan drama Sedih dan Gembira, karya Mochtar Lubis
  • Kumpulan puisi Deru Campur Debu, karya Chairil Anwar
  • Novel Keluarga Gerilya, Pramoedya Anantya Toer
  • Novel Atheis, karya Achdiat Kartamiharja
  • Novel Aki dan Surabaya, Idrus
 
  • Angkatan `66
Angkatan ini memiliki ciri dengan tema yang lebih menonjol dari angkatan sebelumnya yaitu politik dan protes sosial. Angkatan ini menggunakan kalimat yang panjang dan bisa dibilang mendekati bentuk prosa.
Tokoh dalam Angkatan `66 adalah :
  • Kumpulan puisi Blues untuk Bnie dan Ballada Orang-Orang Tercinta, karya W.S. Rendra
  • Kumpulan puisi Tirani, karya Taufiq Ismail
  • Novel Pada Sebuah Kapal, karya N.H. Dini
  • Novel Kemarau, karya A.A. Navis
  • Novel Pulang, karya Toha Mohtar
  • Novel Burung-burung Manyar, karya Mangunwijaya
  • Novel Ziarah, Iwan Simatupang
  • Novel Harimau-Harimau, karya Mochtar Lubis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tembang Macapat Pangkur dan Maknanya

Tembang macapat pangkur banyak digunakan pada tembang-tembang yang bernuansa Pitutur (nasihat), pertemanan, dan cinta. Baik rasa cinta kepada anak, pendamping hidup, Tuhan dan alam semesta. Banyak yang memaknai tembang macapat pangkur sebagai salah satu tembang yang berbicara tentang seseorang yang telah menginjak usia senja, dimana orang tersebut mulai mungkur atau mengundurkan diri dari hal-hal keduniawian. Oleh karena itu sangat banyak tembang-tembang macapat pangkur yang berisi nasihat-nasihat pada generasi muda. (baca juga : Macapat Pangkur, Meninggalkan Urusan Duniawi) Salah satu contoh tembang macapat pangkur yang populer di masyarakat adalah karya KGPAA Mangkunegoro IV yang tertuang dalam Serat Wedatama, pupuh I, yakni : Mingkar-mingkuring ukara (Membolak-balikkan kata) Akarana karenan mardi siwi (Karena hendak mendidik anak) Sinawung resmining kidung (Tersirat dalam indahnya tembang) Sinuba sinukarta (Dihias penuh warna ) Mrih kretarta pakartining ilmu luhun

HAKIKAT SHOLAT MENURUT SYEKH SITI JENAR

http://www.javalaw-bmg.blogspot.com Peliharalah shalatmu dan shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalat) yang khusyuk (QS Al. Baqarah / 2:238). Ini adalah penegasan dari Allah tentang kewajiban dan keharusan memelihara shalat, baik segi dzahir maupun batin dengan titik tekan khusyuk, kondisi batin yang mantap. Secara lahir, shalat dilakukan dengan berdiri, membaca Al-Fatihah , sujud, duduk dsb. Kesemuanya melibatkan keseluruhan anggota badan. Inilah shalat jasmani dan fisikal. Karena semua gerakan badan berlaku dalam semua shalat, maka dalam ayat tersebut disebut shalawaati (segala shalat) yang berarti jamak. Dan ini menjadi bagian pertama, yakni bagian lahiriah. Bagian kedua adalah tentang shalat wustha, yaitu yang secara sufistik adalah shalat hati. Wustha dapat diartikan pertengahan atau tengah-tengah. Karena hati terletak di tengah, yakni di tengah diri, maka dikatakan shalat wustha sebagai shalat hati. Tujuan shalat ini adalah untuk mendapatkan kedamaian dan

Surat Penawaran Jasa Desain Grafis

SURAT PENAWARAN JASA Banyumas, 27 September 2013 Nomor             :    27/EM/offr/2013 Lampiran          :   1 CD contoh hasil kerja Perihal            :   Penawaran Jasa Desain Grafis Kepada, Yth. PT   Selaras Sentosa Jl S. Parman Purwokerto Selatan Dengan hormat, Kami, CV Elsa Advertising, adalah perusahaan multimedia yang bergerak di bidang desain grafis dan percetakan. Kami menerima desain grafis mulai dari desain logo, pamflet, flyer, poster, x banner dan lain-lain, juga menyediakan jasa printing untuk kebutuhan periklanan. Apabila perusahaan Bapak membutuhkan desain logo ataupun desain banner sekaligus cetak, kami siap membantu perusahaan anda. Kepuasan pelanggan merupakan tujuan kami bekerja dan kami akan buktikan semua itu jika Bapak berkenan mempercayakan desain dan printing melalui layanan kami. Garansi jika belum puas boleh direvisi tanpa batas selama hasil design belum dicetak. Demikian surat penawaran ini kami ajukan. Dan