Revolusi bukanlah sebuah proses natural yang terjadi dengan hanya berpangku tangan terhadap situasi penindasan yang terjadi. Dalam hal ini, setidaknya ada tiga syarat dimana revolusi sosial menjadi sebuah keniscayaan: situasi yang revolusioner, tokoh yang revolusioner serta basis massa yang revolusioner. Pada paparan di atas cukup menggambarkan betapa Venezuela tengah mengalami keterpurukan dimana mayoritas rakyat harus menanggung penderitaan akibat regulasi pemerintah dan kesalahan sistem yang diterapkan penguasa sebelumnya.
Sementara itu, peristiwa Caracazo memecah kesatuan di dalam angkatan bersenjata. Para tentara yang diperintahkan untuk menembaki rakyat jelata mulai mempertanyakan pemerintahan mereka. Inilah yang menjadi alasan dari kudeta militer yang dilakukan oleh Chavez dan kawan-kawannya di dalam angkatan bersenjata 3 tahun kemudian setelah kerusuhan 1989.
Terinspirasi oleh Simon Bolivar, seorang tokoh pembebasan yang memperjuangkan kemerdekaan Venezuela dari penjajahan Spanyol dan menyatukan Amerika Latin, sebuah kelompok perwira junior yang berpangkat Kapten membentuk Pergerakan Revolusioner Bolivarian 200, atau MBR-200. Kelompok ini terdiri dari Felipe Acosta Carlos, Jesus Urdaneta Hernandez, Rafael Baduel dan Hugo Chavez Frias. Mereka berkomitmen membentuk gerakan revolusioner untuk membebaskan Venezuela dari belenggu penindasan. pada tahun 1992, kelompok ini melakukan percobaan kudeta yang pada akhirnya mengalami kegagalan karena tidak didukung kekuatan cukup sekaligus merupakan sebuah kesalahan bagi Chavez dan kelompoknya. Dari sini, kita dapat melihat bahwa kudeta militer bisa dikatakan sebuah aksi nekad karena tidak melibatkan "restu" rakyat, namun apa yang dilakukan Chavez dengan meminta untuk menyampaikan pesan terhadap rakyat via TV nasional sebelum mendekam di tahanan, telah membuatnya dikenal sebagai sosok pejuang dan berhasil mendapat simpati rakyat di kemudian hari.
Setelah pada tahun 1994 dinyatakan bebas dari tahanan, Chavez bersama MBR-200 mulai bergerak ke pelosok-pelosok negeri untuk menghimpun kekuatan rakyat dengan membentuk komite-komite Bolivarian dan menyerukan pembentukan Majelis Konstituante. Bersama gerakannya, Chavez melakukan program-program yang tersusun secara sistematis untuk mengetahui harapan dan keinginan massa rakyat, serta melakukan kerja-kerja nyata untuk mengubah kondisi. Rangkaian ini direspon antusias oleh massa rakyat, berdasarkan survey pada tahun 1997, 70% rakyat Venezuela menginginkan Chavez untuk maju sebagai kandidat presiden.
Di tahun 1997, MBR-200 memutuskan untuk maju dalam Pemilu 1998. Sebagai kendaraan politik, di tahun yang sama mereka membentuk partai baru yang dinamakan Pergerakan Republik Kelima (Movimiento V [Quinta] República, MVR). Partai ini mengusung ideologi Bolivarianisme, sebuah ide populis pro-rakyat miskin dengan figur Simon Bolivar, sang pembebas Amerika Latin. Dengan mengangkat isu anti kemiskinan dan anti korupsi, Chavez mampu meraih 56% suara dan memenangkan Pemilu 1998. Kemenangan ini disambut dengan suka cita oleh rakyat miskin Venezuela.
sumber: indonesian.irib.ir
Komentar