Langsung ke konten utama

KETIKA NABI IBRAHIM MENOLAK TAWARAN JIBRIL



Seorang ulama ahli hakikat mengatakan bahwa tawakal yang sempurna itu dimiliki oleh Nabi Ibrahim. Tepatnya, ketika ia diikat dan dimasukkan ke dalam alat pelempar batu (manjanik), lalu
dilemparkan oleh Namrudz ke dalam kobaran api yang menyala-nyala; maka, pada detik-detik tragis
itulah Jibril menemuinya. Jibril terbang di udara di dekat api itu.

Jibril berkata kepada Ibrahim, “Wahai kekasih Allah, apakah kamu butuh pertolongan?” Ibrahim menjawab, “Saya tidak butuh pertolonganmu.” Kesempurnaan tawakal hanya akan tampak saat
terjadinya bencana. Pada saat itu, Nabi Ibrahim seperti sebatang emas yang selalu ingin disepuh dengan api, agar orang-orang tidak meragukan kemurniaan emas itu. Karena, bakaran api itu tidak
akan merusak emas, bahkan akan semakin membuatnya mengkilat. Allah Swt. telah menganjurkan
agar setiap orang tawakal kepada-Nya. Allah Swt. berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.”
Ketahuilah, tawakal itu terletak dalam hati. Pergerakan zahir tidak akan menyalahi hati, dengan
catatan sang hamba telah meyakini bahwa segala sesuatu sesuai dengan takdir Allah.

Jika ia
mendapat kemudahan, maka itu berkat takdir-Nya, dan jika ia menghadapi kesulitan, maka itu pun atas takdir-Nya.

--Syekh 'Abd al-Hamid Anquri dalam Munyah al-Wâ‘ìzhîn wa Ghunyah al-Muta‘azhzhîn

Komentar