Artikel
adalah pemaparan tertulis mengenai sebuah permasalahan dengan latar belakang
berbagai bukti, landasan teori, dan pembahasan yang merupakan pemecahan masalah
yang kemudian disimpulkan dalam sebuah peryataan konklusif.
Pemaparan dalam artikel bisa berupa opini atau pendapat seseorang terhadap sesuatu hal. Mengenai susunannya, artikel bisa dimulai dengan menyatakan permasalahan yang akan dibahas. Kemudian diikuti pemaparan bukti-bukti dan teori. Berikutnya pembahasan dan simpulan. Artikel juga bisa dimulai dengan peryataan konklusif terhadap permasalahan yang akan dibahas. Lalu, dikuti oleh teori dan bukti-bukti yang dipadukan dengan pembahasan. Berikutnya, disampaikan simpulan. Pada akhir tulisan juga dapat disampaikan harapan, pertanyaan, dan ajakan yang bahkan profokatif.
Penyampaian opini secara tertulis di media massa biasanya mempertimbangkan nilai-nilai berita. Oleh karena itu, penulisan opini untuk dipublikasikan di media sebaiknya disertai dengan fakta-fakta yang kuat dan aktual (up to date) dengan analisis secara logis dan objektif.
Menentukan Judul
Ketika ide sudah sangat jelas tersimpan dalam pikiran, segeralah tulis menjadi sebuah judul tulisan. Penulisan judul perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.
• Mengungkapkan permasalahan yang akan dibahas
Misalnya judul artikel Karakter Pemilu 2004 (Suara Merdeka, 13/01) tampak bahwa judul tersebut membahas mengenai karakter atau ciri-ciri khas peristiwa atau keadaan saat berlangsung pemilihan umum pada 2004.
• Menggunakan kalimat yang lazim secara sintaktik (struktur fungsi) dan semantik (makna bahasa)
Misalnya Di Balik Polemik Rekening 502 (Suara Merdeka, 14/01) apabila tidak lazim secara struktur 502 Polemik Rekening Di Balik. Dengan demikian makna kalimat judul tersebut tidak lazim dan tidak bias dipahami.
• Menggunakan kalimat singkat (pendek) tapi jelas
Judul dengan kalimat yang singkat akan cepat dibaca dan tentu saja cepat menarik perhatian. Untuk itu judul harus menarik, singkat dan jelas. Apabila penulisan judul tidak memungkinkan menggunakan kalimat pendek, dapat dibuat kalimat sub judul. Misalnya Paradigma Baru Pemerintahan (Sebuah Alternatif Pengembangan Kapasitas Pemda) (Suara Merdeka, 13/01).
• Contoh membuat judul
• Judul mengandung Permasalahan (Mengapa Mesti Terancam Komunisme --Prokon Jawa Pos, Haruskah Pelacur Disalahkan --Suara Perempuan Suara Merdeka). Disusun atas kata tanya, sifat atau adjektif, dan subjek atau nomina.
• Judul sebuah Peryataan (Nasionalisme Bukan Sekadar Seremoni –Akademia Kompas, Perlu Tumbuhkan Kepercayaan Diri --Suara Perempuan Suara Merdeka, Tokoh Masyarakat Terlibat –Suara Perempuan Suara Merdeka, Waspadai Wajah Bertopeng Reformis –Debat Kampus Suara Merdeka). Disusun atas verb atau kata kerja, subjek atau nomina yang berupa materi pembahasan.
• Judul mengandung Solusi atau Pemecahan (Voicing For Voicelees ¬–Prokon Jawa Pos, Heaven Watch –Akademia Kompas, Buktikan Janji Kampaye – Debat Kampus Suara Merdeka). Disusun atas usulan atau pendapat penulis yang dinyatakan.
• Judul Plesetan (PNS = Pegawai Nyaman Sekali –Forum Pembaca Kompas). Disusun atas pelesetan subjek yang dibahas.
Menyiapkan bukti-bukti dan teori-teori
Bukti-bukti (fakta) dan teori-teori dapat diperoleh dari pengamatan dan sumber-sumber informasi (media cetak, media elektronik, dan buku-buku). Oleh karena itu, seorang penelis dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi pada lingkungan dan rajin membaca. Bukti-bukti dan teori tersebut digunakan sebagai latar belakang, dasar pemikiran, atau perbandingan dalam penyampaian pendapat, permasalahan-permasalahan, dan pembahasan yang disampaikan dalam tulisan.
Pencantuman bukti dan dasar teori pembahasan permasalahan harus disertai sumber yang jelas dan benar. Misalnya; “Salah satu hal yang dapat dilihat adalah, dengan telah berjalannya hampir kurang lebih 3 tahun kebijakan otonomi daerah, melalui UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, ...”.
“Prof. Dr. Mubyarto, ekonom kerakyatan UGM yang peduli terhadap nasib masyarakat miskin saat diwanwancarai Elsinta menyatakan, kebijakan pemerintah saat ini justru berpihak kepada konglomerat. Padahal UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) yang dilakukan masyarakat telah terbukti dapat menopang perekonomian nasional dalam kondisi krisis. Dan hal itu telah terbukti, ....”.
Apabila hal ini tidak terpenuhi, tulisan biasanya dinilai tidak memiliki kualitas dan niali-nilai yang memenuhi publisitas (jurnalistik). Atau bahkan penulis dianggap tidak memiliki etika moral dan melanggar hukum.
Pemaparan dalam artikel bisa berupa opini atau pendapat seseorang terhadap sesuatu hal. Mengenai susunannya, artikel bisa dimulai dengan menyatakan permasalahan yang akan dibahas. Kemudian diikuti pemaparan bukti-bukti dan teori. Berikutnya pembahasan dan simpulan. Artikel juga bisa dimulai dengan peryataan konklusif terhadap permasalahan yang akan dibahas. Lalu, dikuti oleh teori dan bukti-bukti yang dipadukan dengan pembahasan. Berikutnya, disampaikan simpulan. Pada akhir tulisan juga dapat disampaikan harapan, pertanyaan, dan ajakan yang bahkan profokatif.
Penyampaian opini secara tertulis di media massa biasanya mempertimbangkan nilai-nilai berita. Oleh karena itu, penulisan opini untuk dipublikasikan di media sebaiknya disertai dengan fakta-fakta yang kuat dan aktual (up to date) dengan analisis secara logis dan objektif.
Menentukan Judul
Ketika ide sudah sangat jelas tersimpan dalam pikiran, segeralah tulis menjadi sebuah judul tulisan. Penulisan judul perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.
• Mengungkapkan permasalahan yang akan dibahas
Misalnya judul artikel Karakter Pemilu 2004 (Suara Merdeka, 13/01) tampak bahwa judul tersebut membahas mengenai karakter atau ciri-ciri khas peristiwa atau keadaan saat berlangsung pemilihan umum pada 2004.
• Menggunakan kalimat yang lazim secara sintaktik (struktur fungsi) dan semantik (makna bahasa)
Misalnya Di Balik Polemik Rekening 502 (Suara Merdeka, 14/01) apabila tidak lazim secara struktur 502 Polemik Rekening Di Balik. Dengan demikian makna kalimat judul tersebut tidak lazim dan tidak bias dipahami.
• Menggunakan kalimat singkat (pendek) tapi jelas
Judul dengan kalimat yang singkat akan cepat dibaca dan tentu saja cepat menarik perhatian. Untuk itu judul harus menarik, singkat dan jelas. Apabila penulisan judul tidak memungkinkan menggunakan kalimat pendek, dapat dibuat kalimat sub judul. Misalnya Paradigma Baru Pemerintahan (Sebuah Alternatif Pengembangan Kapasitas Pemda) (Suara Merdeka, 13/01).
• Contoh membuat judul
• Judul mengandung Permasalahan (Mengapa Mesti Terancam Komunisme --Prokon Jawa Pos, Haruskah Pelacur Disalahkan --Suara Perempuan Suara Merdeka). Disusun atas kata tanya, sifat atau adjektif, dan subjek atau nomina.
• Judul sebuah Peryataan (Nasionalisme Bukan Sekadar Seremoni –Akademia Kompas, Perlu Tumbuhkan Kepercayaan Diri --Suara Perempuan Suara Merdeka, Tokoh Masyarakat Terlibat –Suara Perempuan Suara Merdeka, Waspadai Wajah Bertopeng Reformis –Debat Kampus Suara Merdeka). Disusun atas verb atau kata kerja, subjek atau nomina yang berupa materi pembahasan.
• Judul mengandung Solusi atau Pemecahan (Voicing For Voicelees ¬–Prokon Jawa Pos, Heaven Watch –Akademia Kompas, Buktikan Janji Kampaye – Debat Kampus Suara Merdeka). Disusun atas usulan atau pendapat penulis yang dinyatakan.
• Judul Plesetan (PNS = Pegawai Nyaman Sekali –Forum Pembaca Kompas). Disusun atas pelesetan subjek yang dibahas.
Menyiapkan bukti-bukti dan teori-teori
Bukti-bukti (fakta) dan teori-teori dapat diperoleh dari pengamatan dan sumber-sumber informasi (media cetak, media elektronik, dan buku-buku). Oleh karena itu, seorang penelis dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi pada lingkungan dan rajin membaca. Bukti-bukti dan teori tersebut digunakan sebagai latar belakang, dasar pemikiran, atau perbandingan dalam penyampaian pendapat, permasalahan-permasalahan, dan pembahasan yang disampaikan dalam tulisan.
Pencantuman bukti dan dasar teori pembahasan permasalahan harus disertai sumber yang jelas dan benar. Misalnya; “Salah satu hal yang dapat dilihat adalah, dengan telah berjalannya hampir kurang lebih 3 tahun kebijakan otonomi daerah, melalui UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, ...”.
“Prof. Dr. Mubyarto, ekonom kerakyatan UGM yang peduli terhadap nasib masyarakat miskin saat diwanwancarai Elsinta menyatakan, kebijakan pemerintah saat ini justru berpihak kepada konglomerat. Padahal UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) yang dilakukan masyarakat telah terbukti dapat menopang perekonomian nasional dalam kondisi krisis. Dan hal itu telah terbukti, ....”.
Apabila hal ini tidak terpenuhi, tulisan biasanya dinilai tidak memiliki kualitas dan niali-nilai yang memenuhi publisitas (jurnalistik). Atau bahkan penulis dianggap tidak memiliki etika moral dan melanggar hukum.
Komentar