Di dalam
Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara
Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.
Selain itu,
nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di
dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits,
kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang
menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian
menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal.
Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang
menurunkan Batara Brahma.
Berdasarkan
pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan
leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.
Bani Jawi
Keturunan Nabi Ibrahim
Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.
Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.
Bani Jawi
sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini,
dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM),
diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant
Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).
Variant
Mediterranaen sendiri
terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada
bangsa Arab dan Bani Israil.
Sekilas dari
beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat
mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam,
diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Metologi Jawa indentik
dengan Nabi Ibrahim.
Brahma
adalah Nabi Ibrahim
Mitos atau Legenda, terkadang
merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur,
ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.
Mitos Brahma
sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa
sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian
beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi
leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).
Dan kita
telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata
‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama
Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha
mim).
Beberapa
fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah
Nabi Ibrahim, di antaranya :
1. Nabi
Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara Brahma pasangannya
bernama Saraswati.
2. Nabi
Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail,
sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernama Atharva (Muhammad
in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…
3. Brahma
adalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman),
sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.
Ajaran
Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :
Yajurveda
Ch. 32 V. 3 menyatakan
bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak
disembah
Yajurveda
Ch. 40 V. 8 menyatakan
bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci
Atharvaveda
Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan
bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar
Yajurveda
Ch. 32 V. 3 menyatakan
bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan
Rigveda Bk.
1 Hymn 1 V. 1 menyebutkan
: kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu
Rigveda Bk.
6 Hymn 45 V. 6 menyebutkan
“sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”
Dalam Brahama
Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak
berbilang sama sekali”.
Ajaran Monotheisme
di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna
awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha
Pencipta.
4. Nabi
Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma
membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo
and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).
Bahkan
secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :
Tempat
kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu…
(Atharva Veda 10:2:31)
Kitab Veda
memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.
Makna
delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah,
diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala,
Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.
Sementara sembilan
pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab
Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.
Monotheisme
Ibrahim
Peninggalan Nabi
Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran Monotheisme, jejaknya masih
dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani
Jawi.
Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut
monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan
Paraning Dumadi.
Selain suku
Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda
Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka
meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan
bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.
Dengan
demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya
masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya,
Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di
bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.
Sumber : Forum Kaskus
Komentar