Langsung ke konten utama

ILMU DAN HIDAYAH


Ilmu bukan barang antik yang di lelang dan diperjual belikan, bukan emas berkarat yang mahal harganya, dan bukan juga Harta berharga untuk hidup di dunia. Lebih dari itu semua, Ilmu adalah Hidayah dan Petunjuk manusia untuk menjalani hidup. Sejak Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu pertama, terlihat jelas keutamaan Ilmu sangat di junjung tinggi oleh agama Islam. Turunnya wahyu pertama yang merupakan awal mula Al Qur’an dimulai dengan bacaan “اقرأ” yang artinya “bacalah” yaitu perintah Allah kepada Nabi untuk membaca apa yang telah diturunkan kepadanya dengan menyebut nama-Nya. Turunnya kalimat pertama dari surat Al Alaq ini menjelaskan keutamaan membaca dan menelaah ilmu yang mana dengan itu manusia bisa hidup utuh sebagai seorang manusia. Pada ayat selanjutnya disebutkan bahwasanya perintah untuk “membaca” ini datang dari Sang Maha Pencipta yang menciptakan Manusia dari segumpal darah, maka sungguh sangat mulia derajat Ilmu bagi peradaban umat Manusia.

Allah mengajarkan banyak hal kepada Umat manusia dengan Al Qur’an, asal kata dari “Al Qur’an” sendiri diambil dari kata “qa ra a” yang perarti bacaan, bacaan yang harus dibaca, ditelaah, diresapi, dan diamalkan. Banyak disiplin ilmu yang ditemukan manusia pada era modern sudah tertulis di dalam Al Qur’an. Maka tidak heran apabila banyak Ilmuwan yang benar-benar mempelajari secara detail ilmu yang dia pelajari, secara perlahan sadar dan masuk Islam karena dia menyadari ilmu yang dipelajarinya adalah satu dari sekian banyak ilmu yang diberikan Allah kepada Manusia dan Allah telah mengangkat derajatnya dengan ilmu yang dia miliki dengan menjadi Ilmuwan yang mampu mengamalkan ilmunya untuk menjadi manfaat bagi umat Manusia. Allah Subhanahu Wa Ta’aala berfirman :
(Q.S. Al- Mujadalah : 11 ) ‏يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَات
artinya : Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan yang diberi ilmu, beberapa derajat.

Didalam Ayat ini diterangkan bahwasanya Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi Ilmu, yang dimaksud diberi Ilmu disini adalah orang-orang yang menuntut ilmu dengan niat yang tulus dan Ikhlas dalam memperjuangkannya. Seperti yang telah diketahui bahwa Ulama-ulama Islam terdahulu yang mengabdikan dirinya kepada ilmu telah diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala dengan menjadikannya ‘Ibrah atau pelajaran kepada manusia tentang mulianya ilmu, sangat banyak buku-buku para Ulama Islam yang menjadi rujukan berbagai disiplin ilmu. Keberkahan ilmu akan selalu dirasakan oleh orang-orang yang secara Ikhlas mengabdikan dirinya kepada ilmu, karena sesungguhnya nikmat ilmu tidak bisa hanya dirasakan oleh perseorangan saja, nikmat ilmu adalah nikmat berbagi dan mengamalkan. Imam Syafi’i berkata bahwasanya Ilmu adalah cahaya Allah yang tidak diperuntukkan bagi orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya. Ilmu adalah cahaya yang menerangi, bagaikan lentera yang menerangi manusia dari kegelapan, apabila tiada pengamalan dalam ilmu maka bagaikan lentera yang tertutup dan yang tersisa hanya bayangan.

Maka konsekuensi terbesar dalam ilmu ada dua, yang pertama adalah pengamalan baik secara vertikal ataupun horizontal, pengamalan secara vertikal yaitu pertanggungjawaban ilmu kepada GURU besar ilmu dan kehidupan, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’aala, dan pengamalan secara horizontal yaitu penumpasan kebodohan umat dengan ilmu yang telah dipelajari seorang manusia dalam hidupnya kapanpun, dimanapun, dan siapapun dia. Konsekuensi kedua adalah tidak sombong dengan ilmu, sombong dengan ilmu hanya akan menghapus derajat manusia di hadapan Allah dan menjadikan dirinya hina dan binasa karena dia tidak pernah mengenal dirinya dan siapa yang memberikannya ilmu, karena ketika seseorang semakin banyak mempelajari ilmu maka dia semakin mengenal siapa dirinya dan siapa GURU Utamanya. Bukankah Allah GURU Utama kita..? 

Pada hakikatnya sebanyak apapun ILMU yang kita dapatkan, takkan bisa menandingi luasnya Samudera ILMU ALLAH ..

Referensi : King Saudi University.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tembang Macapat Pangkur dan Maknanya

Tembang macapat pangkur banyak digunakan pada tembang-tembang yang bernuansa Pitutur (nasihat), pertemanan, dan cinta. Baik rasa cinta kepada anak, pendamping hidup, Tuhan dan alam semesta. Banyak yang memaknai tembang macapat pangkur sebagai salah satu tembang yang berbicara tentang seseorang yang telah menginjak usia senja, dimana orang tersebut mulai mungkur atau mengundurkan diri dari hal-hal keduniawian. Oleh karena itu sangat banyak tembang-tembang macapat pangkur yang berisi nasihat-nasihat pada generasi muda. (baca juga : Macapat Pangkur, Meninggalkan Urusan Duniawi) Salah satu contoh tembang macapat pangkur yang populer di masyarakat adalah karya KGPAA Mangkunegoro IV yang tertuang dalam Serat Wedatama, pupuh I, yakni : Mingkar-mingkuring ukara (Membolak-balikkan kata) Akarana karenan mardi siwi (Karena hendak mendidik anak) Sinawung resmining kidung (Tersirat dalam indahnya tembang) Sinuba sinukarta (Dihias penuh warna ) Mrih kretarta pakartining ilmu luhun

Bedanya Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah , Makalah, Dan Paper

Karya ilmiah merupakan hasil paduan berpikir ilmiah melalui penelitian. Karya ilmiah disusun secara sistematis berdasarkan kaidah berpikir ilmiah, yang karena itu, sangat sulit dihasilkan oleh mereka yang tidak mempelajari dan memahami aturan dan prosedur keilmiahan. Karya ilmiah bertumpu pada berpikir ilmiah, yaitu: berpikir deduktif dan induktif. Adapun karya ilmiah dapat dipilah menjadi:  1. Makalah Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka. Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa. Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan. Karena itu, aturannya ti

HAKIKAT SHOLAT MENURUT SYEKH SITI JENAR

http://www.javalaw-bmg.blogspot.com Peliharalah shalatmu dan shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalat) yang khusyuk (QS Al. Baqarah / 2:238). Ini adalah penegasan dari Allah tentang kewajiban dan keharusan memelihara shalat, baik segi dzahir maupun batin dengan titik tekan khusyuk, kondisi batin yang mantap. Secara lahir, shalat dilakukan dengan berdiri, membaca Al-Fatihah , sujud, duduk dsb. Kesemuanya melibatkan keseluruhan anggota badan. Inilah shalat jasmani dan fisikal. Karena semua gerakan badan berlaku dalam semua shalat, maka dalam ayat tersebut disebut shalawaati (segala shalat) yang berarti jamak. Dan ini menjadi bagian pertama, yakni bagian lahiriah. Bagian kedua adalah tentang shalat wustha, yaitu yang secara sufistik adalah shalat hati. Wustha dapat diartikan pertengahan atau tengah-tengah. Karena hati terletak di tengah, yakni di tengah diri, maka dikatakan shalat wustha sebagai shalat hati. Tujuan shalat ini adalah untuk mendapatkan kedamaian dan