Langsung ke konten utama

Pengantar Pengetahuan Sebelum Pindah Rumah



Rumah adalah tempat berteduh, tempat beristirahat, bercanda dan bercengkerama dengan keluarga sekaligus tempat untuk melepaskan kepenatan. Setiap orang mendambakan rumah yang nyaman untuk dihuni bersama keluarga. Namun tidak ada dalam syari’at islam bahwa seseorang yang menempati sebuah rumah atau melakukan pindahan harus selametan. Apalagi harus ada makanan khusus yang diperuntukkan bagi arwah nenek moyang, dengan dalih karena mereka akan pulang dan memakan makanan tersebut.

Tapi jika ada yang selametan atau syukuran sebagai wujud syukur kepada Allah SWT dan tidak ada ritual yang menyimpang maka itu dibolehkan. Prinsipnya adalah bahwa mensyukuri ni’mat itu suatu keharusan, kapan saja kita mendapatkannya, karena dengan bersyukur kita akan mendapatkan tambahan nikmat itu. Allah SWT berfirman, “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS.Ibrahim:7).

Terlebih bila dalam syukuran itu diundang tetangga terdekat sebagai sarana silahturrahmi, sekaligus ta’aruf atau berkenalan dengan mereka. Kenalan adalah salah satu adab Islam dalam kehidupan ini, karena dengan kenalan ini akan terjadi saling memahami, saling menghormati dan setelah itu saling bahu membahu dan tolong menolong. Allah SWT berfirman “hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki – laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku – suku supaya kamu saling kenal.” (QS.Al-Hujarat: 13).

Selain itu Islam mengajarkan tentang hidup bertetangga, Nabi bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik pada tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Muslim).

Rumah yang terhias dindingnya akan terasa indah dipandang mata dan sejuk dihati. Apalagi bila kaligrafi ayat – ayat al-Qur’an. Namun jika ayat –ayat itu dijadikan sebagai jimat tolak bala’ atau penangkal mara bahaya, maka hal ini tidak sesuai dengan tuntunan islam. Nabi bersabda, “jangan kalian jadikan rumah- rumahmu seperti kuburan. Sesungguhnya syetan itu akan lari dan menjauh dari rumah yang dibacakan surat al-Baqarah.” (HR. Muslim). Hadist di atas mengajarkan kepada kita bahwa yang ditakuti oleh syetan itu adalah ayat dan doa yang dibaca bukan yang dipasang, ditempel maupun yang ditanam.

Yang diajarkan Rasulullah SAW ketika menempati rumah atau tempat baru dan penjaganya adalah:

Pertama, membaca doa, “A’udzu bikalimatillahit taammati min syarri ma kholaq. (Aku berlindung dengan kalimat – kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya).”
Seperti diceritakan khaulah binti Hakim, “Saya mendengar Rasulullah bersabda. “barang siapa menempati suatu empat kemudian membaca doa,
“A’udzu bikalimatillahit taammati min syarri ma kholaq.” Maka tidak ada suatu apapun yang membahayakannya sampai ia meninggalkan tempat itu.”(HR. Muslim).

Kedua, membaca salam ketika mau memasuki rumah sebagaimana firman Allah SWT, “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah – rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.” (QS. An- Nur: 61)

Ketiga, berdzikir ketika memasuki rumah, Nabi bersabda, “jika seseorang memasuki rumahnya dengan menyebut nama Allah dan menyebut nama Allah ketika makan, maka syetan berkata, ‘tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam buat kalian.’ Dan jika ia tidak menyebut nama Allah ketika memasuki kerumahnya, syetan berkata. ‘kalian mendapatkan tempat menginap.’ Dan jika ia tidak menyebut nama Allah ketika makan, syetan berkata, ‘kalian mendapatkan tempat bermalam dan mendapatkan makan malam.’ (HR. Muslim).

Keempat, membersihkan rumah dari patung – patung.
Abu Thalhah berkata, “Nabi bersabda, “Malaikat tidak masuk rumah yang didalamnya terdapat gambar patung – patung.” (HR. Muttafag ‘alaih).


Kelima, memperbanyak sholat sunah di dalam rumah . Rasulullah bersabda, “jadikanlah sebagian shalatmu di rumahmu, dan jangan kamu jadikan rumahmu seperti kuburan.” (HR. Muttafaq ‘alaih) 
keenam, Membaca Alqur'an didalam rumah dan gemar bershalawat. 

Semoga bermanfaat ..

Referensi; Diarybunda, Budi Nuswantoro

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bedanya Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah , Makalah, Dan Paper

Karya ilmiah merupakan hasil paduan berpikir ilmiah melalui penelitian. Karya ilmiah disusun secara sistematis berdasarkan kaidah berpikir ilmiah, yang karena itu, sangat sulit dihasilkan oleh mereka yang tidak mempelajari dan memahami aturan dan prosedur keilmiahan. Karya ilmiah bertumpu pada berpikir ilmiah, yaitu: berpikir deduktif dan induktif. Adapun karya ilmiah dapat dipilah menjadi:  1. Makalah Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka. Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa. Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan. Karena itu, aturanny...

CONTOH SURAT PERJANJIAN INVESTASI PROFIT SHARING

SURAT PERJANJIAN INVESTASI PROFIT SHARING No. Kontrak: 007/INSTANFOREX/SAHAYA-INVESTA/VI/2012 Kami yang bertanda tangan di bawah ini: I.       Nama   Perusahaan : ....................................................................................             Alamat                         : ....................................................................................   .................................................................................... Telepon                      : .................................................................................... Bank account            : .................

Tembang Macapat Pangkur dan Maknanya

Tembang macapat pangkur banyak digunakan pada tembang-tembang yang bernuansa Pitutur (nasihat), pertemanan, dan cinta. Baik rasa cinta kepada anak, pendamping hidup, Tuhan dan alam semesta. Banyak yang memaknai tembang macapat pangkur sebagai salah satu tembang yang berbicara tentang seseorang yang telah menginjak usia senja, dimana orang tersebut mulai mungkur atau mengundurkan diri dari hal-hal keduniawian. Oleh karena itu sangat banyak tembang-tembang macapat pangkur yang berisi nasihat-nasihat pada generasi muda. (baca juga : Macapat Pangkur, Meninggalkan Urusan Duniawi) Salah satu contoh tembang macapat pangkur yang populer di masyarakat adalah karya KGPAA Mangkunegoro IV yang tertuang dalam Serat Wedatama, pupuh I, yakni : Mingkar-mingkuring ukara (Membolak-balikkan kata) Akarana karenan mardi siwi (Karena hendak mendidik anak) Sinawung resmining kidung (Tersirat dalam indahnya tembang) Sinuba sinukarta (Dihias penuh warna ) Mrih kretarta pakartin...