John Maynard Keynes atau lebih kita
kenal dengan nama Keynes lahir di Cambridge, Inggris, pada tahun 1883. Ayahnya
adalah panitera di Universitas Cambridge dan seorang ahli ekonomi dan ahli
filsafat terkemuka di universitas tersebut. Ibunya adalah seorang pegawai di
Cambridge selama beberapa waktu.
Keynes dididik di sekolah terbaik
di Inggris- Eton and king’s College. Di Cambridge ia belajar sastra klasik, dan
filsafat kepada G.E. moore, ilmu matematika kepada Alfred North Whitehead dan
ilmu ekonomi kepada Alfred marshall. Keynes juga menjadi anggota kelompok eksklusif
intelektual Cambridge, yang kemudian menjadi kelompok Bloomsbury. Termasuk
dalam kelompok ini adalah tokoh-tokoh sastra dan seniman,seperti Virginia wool,
E.M. Forster, dan Lytton Strachey.
Setelah lulus Keynes mengikuti
ujian British Civil Service dan mendapatkan skor tertinggi kedua dalam
semua ujian. Hal ini membuat Keynes mendapatkan pilihan kedua diantara
semua posisi pelayanan sipil yang tersedia.
Setelah menepati jabatan dikantor
India, Keynes membantu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kepentingan
Inggris yang melibatkan India. Dua tahun kemudian, pada tahun 1908, ia kembali
ke Cambridge untuk mengajar ekonomi. Tiga tahun setelah itu ia menjabat sebagai
redaktur Economic Journal , yang pada waktu itu merupakan jurnal yang
paling prestisius diseluruh dunia.
Mazhab Keynesian yang kemudian
sangat terkenal itu diawali dengan publikasi seorang ekonom bangsa Inggris yang
berpengaruh karena penyempurnaannya tentang teori moneter dan politik
konjungtur, dan pengaruhnya atas kebijaksanaan kredit di Inggris dan Amerika
Serikat, John Maynard Keynes, The General Theory of Employment,
Intersest and Money yang terbit untuk pertama kalinya pada tahun 1936, ketika
New Deal dipraktekkan dengan sungguh-sungguh di Amerika Serikat. John Maynard
Keynes, yang lahir dalam tahun yang sama dengan meningalnya Karl Marx, adalah
anak lelaki dari seorang ahli logika dan ekonomi politik pengikut mazhab
klasik, John Neville Keynes, yang kurang begitu terkenal. Ia mempunyai pengaruh
yang kuat atas terbentuknya perjanjian versailes, yang kemudian mengajukan
kritik-kritik yang gencar melalui bukunya, The Economic Consequences of the
Peace (1919).
Mazhab Keynesian sebenarnya muncul
dari mazhab Neo-Klasik. Perlu dicatat bahwa Keynes sendiri lahir dalam tradisi
Marshall yang pernah mengajarnya di Cambridge. Sekalipun Keynes dengan tajam
mengritik beberapa pokok pikiran Neo-klasik, yang ia ‘kompetkan’ (gumpalkan)
bersama dengan pikiran Ricardo di bawah nama ‘ilmu ekonomi klasik’ namun ia tidak
dapat terhindar dari pengaruh mereka dengan sepenuhnya. Ia memanfaatkan banyak
postulat dan metode Neo-Klasik itu. Sistem dan falsafahnya nyata-nyata
berdasarkan pendekatan psikologis subyektif, dan ia pun dengan sadar menyerap
konsep-konsep marginalis, bahkan juga konsep keseimbangan statisnya. Kendatipun
berhasil ‘menciptakan’ sejarah melalui pikiran-pikiran yang original ia, yang
berada dalam garis sejarah, mendisosialisasikan dirinya dari serangan atas
teori nilai dan distribusi Neo-Klasik. Bukankah teori-teori Keynes dengan
konsisten berkiblat pada permintaan?
Satu hal lagi yang perlu dicatat
dalam sejarah pemikiran ekonomi. Gagasan Keynes itu tumbuh oleh Depresi Besar
1930-an, masa kehidupan ekonomi barat, Eropa Barat dan Amerika serikat, yang
terburuk dan menekan. Sungguhpun demikian, akar gagasan ini dapat ditelusur
hingga sebelum tahun 1929. karya banyak ekonom, termasuk Mitchell dan
rekan-rekannya di National Bureau of Economic Research, berada dalam
rangka-rangka dasar ilmu ekonomi besaran (aggregate economic, atau
‘makroekonomi’ (sebutan yang semakin popular), bukan dalam garis ilmu ekonomi
mikro dari mazhab Neo-klasik. Keynes pun menyerap pendekatan makroekonomi itu.
Keadaan pun menuntut makroekonomi yang baru tersebut. Perang Dunia I dan pengendalian
ekonomi mendorong kebutuhan tinjauan perekonomian yang menyeluruh. Di samping
itu, pertumbuhan produksi industri dan perdagangan yang berskala besar
menyebabkan perekonomian lebih rentan terhadap tindakan dan pengendalian
statistik. Oleh sebab itulah, keadaan ini menyebabkan pendekatan induktif dan
agregatif lebih layak daripada pendekatan sebelumnya. Lebih dari itu,
pendekatan ini semakin dianggap perlu ketika masyarakat semakin menghendaki
pemerintah agar terlibat dengan aktif dalam memecahkan pengangguran, sebagai
akibat Depresi Besar 1930-an itu.
Dalam buku revolusinya pada tahun
1936, The General Theory of employment, Interest and Money, Keyenes
mengajarkan bahwa kapitalisme pada dasarnya tidak stabil dan tidak
berkecenderungan ke arah full employment. Tetapi pada saat yang sama,
dia menolak ide tentang perlunya nasionalisasi perekonomian, penetapan kontrol
upah harga, dan intervensi dalam penawaran dan permintaan. Yang perlu dilakukan
pemerintah adalah mengendalikan kendaraan kapitalis dan menuju ke jalan
kemakmuran dengan cara menjalankan kebijakan defisit dan melakukan pengeluaran
untuk kerja publik yang akan menaikkan permintaan dan memulihkan kepercayaan.
Setelah ekonomi kembali ke jalurnya yang benar dan mencapai full employment,
pemerintah tiak perlu lagi menjalankan defisit, dan model klasik akan berfungsi
kembali dengan benar.
Anjuran Keynes agar Pemerintah
menaikkan atau mengurangi permintaan agregat tampaknya dapat mengeliminasi
gejolak yang ada di dalam kapitalisme tanpa mengelominasi kapitalisme itu
sendiri. Sementara itu, kebijakan ekonomi laissez faire dapat diterapkan
pada level mikroekonomi. Ringkasnya, kebijakan jalan tengah Keynes dianggap
bukan ancaman bagi kebebasan berusaha, tetapi sebagai penyelamat. Dalam
kenyataannya, pandangan Keynes membuat rival utamanya, yakni Marxisme,
ditinggalkan di negara-negara maju.
Perlu dicatat bahwa meskipun Keynes
dipuji sebagai penyelamat kapitalisme, model dan rekomendasi kebijakan yang
dikemukakannya sebenarnya merupakan serangan langsung kepada sistem laissez
faire Adam Smith. Keynes mengakui hal ini ketika dia mengatakan, “Tidak
benar bahwa individu mempunyai “kebebasan alamiah” dalam aktivitas
ekonominya…Juga tak benar bahwa kepentingan diri umumnya adalah baik…Pengalaman
tidak menunjukkan bahwa individu, ketika mereka berada dalam unit sosial,
selalu lebih berpandangan jernih dibandingkan ketika mereka bertindak
sendirian” (Keynes 1963 [1931]: 312). Pidato ini, yang diberi judul “The End of
Laissez Faire”, disampaikan pada tahun 1926, satu dekade sebelum The General
Theory ditulis. Ini jelas serangan kepada sistem kebebasan alamiah Adam Smith.
Pada awal 1930-an, Keynes semakin
kecewa dengan kapitalisme, baik secara moral maupun estetika. Ide-ide Sigmund
Freud saat itu sedang digemari, dan Keynes mengadopsi tesis Freudian bahwa
mencari uang adalah sebuah tindakan neurosis, “semacam kegilaan yang
menjijikkan, semi kriminal, suatu kecenderungan patologis yang mestinya
diserahkan kepada spesialis penyakit gangguan mental” (1963: 369). Kelak, pada
1933, dia menuduh sistem kapitalis: “Kapitalisme Internasional yang memburuk
dan individualistik, yang sekarang ada di era pascaperang sekarang ini, telah
gagal. Sistem ini tidak cerdas, tidak indah, tidak baik dan tidak memberi
manfat. Ringkasnya, kita tidak menyukainya dan mulai meninggalkannya. Tetpai
ketika kita ingin menggantikannya, kita kebingungan” (Hession 1984: 258). Ini
jauh berbeda dengan pandangan Adam Smith.
Menurut Dudley dillard(1958), teori
ekonomi Keynes sebagai mana yang dituangkan dalam the general theory pada
dasarnya dapat disimpulkan kedalam lima ide fundamental sebagai berikut:
- Sifat umum teori Keynes(the general Nature of Keynes theory )
Keynes, sebagaiman judul bukunya,
menyatakan teorinya sebagai suatu general teori. Maksudnya adalah:
- Teorinya berhubungan dengan semua tingkat kesempatan kerja yang mungkin (full muapun under employment) hal ini yanata berbeda dengan Classic macroeconomic theory(CMT) yang berangkat dari setu tingkat keempatan kerja, yaitu full employment. Jadi, CMT dapat dipandang sebagai sepecial teori. Sebagai mana dikemukakan Keynes(1936:3)
- Teorinya tidak mempersoalkan perilaku sector rumah tangga maupun perilakuk sector bisnis secara individual, melainkan berhubungan dengan masalah kehidupan ekonomi secara keseluruhan. Variabal-variebel yang dipersoalkan adalah variable-variabel ekonomi agregatif, seperti : permintaan dan penawaran agregat, pengeluaran konsumsi agregat, pengeluaran investasi agregat maupun tabungan agregat.
- Teorinya menjelaskan bahwa masalah-maslah ekonomi seperti pengangguran maupun inflasi sebagai akibat dari satu hal yang sema, yaitu masalah effectif demand atau permintaan agregat. Tinginya tingkat pengangguran adalh cermin dari rendahnya permintaan agregat, dan tingginya inflasi cermin dari tingginya permintaan agregat. Jadi, teori Keynes menitik beratkan pada demand side sebagai unsure aktif yang menggerakan perekonomian. Ini berlawanan dengan CMT yang menitik beratkan pada suplay side.
- Peranan uang (The Role of Money)
Sebagaimana telah diketahui, CMT
melihat peran uang sebagai unit of account dan medium of exchange karena itu
CMT memandang uang bersifat netral, berbeda dalam teory Keynes peran uang tidak
sebatas hal itu. Tetapi juga berperan sebagai store of value (alat untuk
menimbun kekayaan). Berdasarkan fungsi uang ketiga ini, Keynes memperkenalkan
konsep hoarding, yaitu keinginan masyarakat untuk mneimbun kekayaan dalam
bentuk uang tunai (idle money). Menurut Keynes, konsep hoarding tidak
emmberikan hasil apa-apa, tetapi dengan melakukan hoarding berarti orang telah
menyimpan kekayaannya dalam bnetuk asset yang paling liquid. Dari konsep ini
selanjutnya Keynes memperkenalkan Liquidity Preference.
Hubungan uang dan Bunga (The Relation of Interest
and Money)
Menurut Keynes orang mau berpisah
dengan uang tunainya hanya apabila atas tindakannya itu diperoleh sejumlah
balas jasa atau premi tertentu, yaitu berupa bunga. Semakin tinggi tingkat
bunga semakin rendah keinginan masyarakat untuk melakukan hoarding dan
sebaliknya. Jadi dalam konsepsi Keynes (1936: 174), “interest is a reward for
not hoarding”-bunga adalah balas jasa atau premi karena orang tidak mau
menimbun kekayaan dalam bentuk uang tunai, atau karena mau mengorbankan
likuiditas. Pandangan Keynes ini sangat berbeda dengan konsep klasik yang
menaganggap bunga sebagai hadiah karena orang mau menunda konsumsinya.
Peran Investasi (The Role of Investment)
Pengeluaran konsumsi dan investasi
meru[pakan dua komponen utama permintaan agregat. Keynes menganggap pengeluaran
konsumsi lebih stabil, karena propencity to consume masyrakat adalah lebih
stabil. Berbeda dengan pengeluaran investasi, dalam konsepsi Keynes dipandang
sebagai komponen yang sangat tidak stabil dan karena itu sifatnya sangat tidak
fluktuatif. Dan karena itu, Keynes menempatkan investasi sebagai determinan
terpenting untuk kesempatan kerja dan tingkat pendapatan nasional. Dengan
dmeikian dalam teori Keynes dirumuskan secara sederhana bahwa; tinggi rendahnya
volume kesempatan kerja dan tingkat pendapatan nasional disebabkan oleh tinggi
rendahnya volume investasi.”
Keputusan untuk melakukan investasi
berhubungan dengan perkiraan atau pengharapan (expectation) mengenai hasil atau
keuntungan yang dapat diperoleh di masa datang. Karena kepastian di masa datang
adalah ketidakpastian maka menurut Keynes keputusan untuk melakukan investasi
didasarkan pada harapan-harapan yang dilandasi convensional judgment. Artinya
hanya mengikuti pendapat dan kepercayaan umum tentang masa yang akan
datang. Jika di lingkungan bisnis terdapat optimis terhadap kehidupan ekonomi
masa depan maka volume investasi cenderung akan meningkat, dan sebaliknya. Hal
inilah yang menyebabkan investasi menjadi sangat tidak stabil dan selanjutnya
Keynes mengemukakan konsep marginal efisiensi of capital (MEC) sebagai
determinan pengeluaran investasi.
The General Theory tidak
bertujuan untuk membangun kembali model klasik; premis dasar model klasik
Adam Smith adalah kebaikan penghematan, anggaran berimbang, perdagangan bebas,
pajak rendah, standar emas dan hukum Say. Tetapi Keynes menjungkirbalikkan
model klasik itu. keynes menganggap model klasik hanya sebagai “kasus khusus”
yang hanya dapat diaplikasikan pada masa full employment. Menurut teorinya
tentang “permintaan efektif agregat” dapat diterapkan pada masa kelangkaan
lapangan kerja dan sumber daya, yang Keynesianisme, bisa berlangsung tanpa
batas. Di dalam keadaan seperti itu, Keynes menawarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut ini:
- Kenaikan tabungan dapat menyusutkan pendapatan dan mengurangi pertumbuhan ekonomi. Konsumsi lebih penting ketimbang produksi untuk mendorong investasi, dan karenanya ini berkebalikan dengan hukum Say: “Permintaan menciptakan penawarannya sendiri” (1973a: 18-21,111)
- Anggaran Pemerintah federal harus dijaga dalam keadaan tidak seimbang pada masa resesi. Kebijakan fiskal dan moneter harus ekspansif sampai kemakmuran pulih kembali, dan suku bunga harus dibuat tetap rendah (1973a: 128-31, 322)
- Pemerintah harus meninggalkan kebijakan laissez faire dan mesti campur tangan di pasar jika diperlukan. Menurut Keyenes, pada masa susah akan diperlukan kebijakan merkantilis, termasuk tindakan proteksionis (1973a: 333-71)
- Standar emas adalah cacat karena inelastisitasnya menjadikannya tidak mampu merespons kebutuhan bisnis yang semakin meningkat. Lebih baik menggunakan kebijakan pengendalian uang (fiat money) (1973a: 235-56; 1971: 140). Keynes tidak menyukai standar emas dan dia berhasil menggantikan emas sebagai standar emas moneter internasional.
Keynes percaya bahwa problem
kelangkaan ekonomi universal akhirnya dapat diatasi dengan dengan
memperbesar kredit secara progresif untuk meningkatkan full employment.
Suku bunga akan turun ke titik nol dan manusia akan memasuki kembali Taman
Sorga. Dalam pikiran Keynes, standar emas membatasi ekspansi kredit dan
mempertahankan kelangkaan. Jadi, inelastisitas emas yang dianggap bagus oleh
ekonom klasik, menghalangi jalan menuju sorga Keynes dan harus ditinggalkan dan
digantikan dengan inflasi uang (1963: 360-73). Kesepakatan Bretton Woods adalah
langkah pertama untuk menyingkirkan emas dari sistem moneter dunia. Jelas
Keynes akan senang jika melihat peran emas telah hamper mati di dalam sistem
moneter internasional abad 21.
Keynes menyalahkan penyebab
ketidakstabilan kapitalisme pada perilaku investor yang buruk. The General
Theory menciptakan model makroekonomi berdasarkan hipotesis ketidakstabilan
finansial. Seperti dikatakan ekonom Keynesian, Hyman P. Minsky, “Aspek esensial
dari General Theory Keynes adalah analisis mendalam terhadap cara
kekuatan finansial yang bisa kita karakteristikkan sebagai Wall Street;
berinteraksi dengan produksi dan konsumsi untuk menentukan output, besarnya
lapangan kerja, dan harga” (1986: 100). Allan H. Meltzer di Carnegie Mellon
University menawarkan interpretasi yang sama, bahwa teori lapangan kerja dan
output Keynes tidak berkaitan secara erat dengan tingkat upah yang kaku (rigid)
sebagaimana dengan ekspektasi dan ketidakpastian dalam investasi dan pasar
modal (Meltzer 1988 [1968]
Banyak bagian dalam The General
Theory mendukung pandangan ini. Keynes mengeluhkan “semangat kebinatangan”
yang dangkal dan irasional dari spekulator yang membuang saham untuk
mendapatkan likuiditas pada masa krisis. “Gelombang psikologi yang irasional”
itu membahayakan ekspektasi jangka panjang. Menurutnya, “Dari prinsip keuangan
ortodoks, tak ada yang lebih bersifat anti-sosial ketimbang pemujaan pada
likuiditas, doktrin, bahwa mengonsentrasikan sumber daya pada penyimpanan
sekuritas yang “likuid” adalah hal yang positif bagi institusi investasi”
(1973a: 55). Menurut Keynes pasar saham bukan sekedar cara efisien untuk
menaikkan kapital dan standar hidup, tetapi juga mirip dengan kasino atau
permainan peluang.
Keynes berbicara berdasarkan
pengalaman. Dia beralasan bahwa krisis 1929-1932 telah menghancurkan
portofolionya tanpa sebab ekonomi yang rasional, kepanikan itu berhubungan
dengan permintaan irasional akan uang tunai di Wall Street, yang disebutnya
sebagai “preferensi likuiditas” dan “pemujaan likuiditas” (1973a: 155)
Dalam model Keynes, faktor kunci
yang menyebabkan keruntuhan ekonomi itu adalah pemisahan tabungan dengan
investasi. Jka tabungan tidak diinvestasikan, pengeluaran total dalam ekonomi
akan turun di bawah full employment. Jika tabungan ditumpuk-tumpuk atau
dibiarkan dalam bentuk simpanan yang berlebihan di bank, seperti kasus 1930-an,
maka pemujaan terhadap likuiditas ini akan menyebabkan investasi dan output
nasional melorot tajam.
Dalam The General Theory,
Keynes berpendapat bahwa saat pendapatan dan kekayaan terkumpul di bawah
kapitalisme, muncul ancaman yakni tabungan tidak akan diinvestasikan. Keynes memperkenalkan
“hukum psikologis” yakni “kecenderungan marginal untuk menyimpann” akan naik
bersama naiknya pendapatan (1973a: 31, 97). Yakni, saat individu mendapat lebih
banyak pendapatan dan semakin kaya, mereka cenderung menyimpan dalam persentase
yang lebih besar. Jadi, ada kecenderungan kuat untuk menabung yang kenaikannya
tidak sebanding dengan peningkatan pendapatan nasional. Tetapi bukankah ekonomi
kapitalis yang sedang tumbuh selalu berada dibawah tekanan untuk
menginvestasikan simpanan yang meningkat itu? Keyenes menjawab, “Mungkin iya,
mungkin tidak.” Jika tabungan tidak diinvestasikan, perekonomian akan merosot.
Sesungguhnya kritik terhadap
tabungan yang tidak diinvestasikan ini sudah lama dipikirkan Keynes. Dia
mengakui perlunya penghematan dan pengendalian diri di abad 19 dalam salah satu
bagian dari karyanya yang berjudul The Economic Consequance of the Peace
(1920: 18-22) dengan menyatakan bahwa penghematan “memungkinkan akumulasi
kekayaan dan peningkatan modal yang membdakan abad itu dari abad yang lain”
(1920: 19). Tetapi dalam A Treatise on Money (1930), Keynes mengemukakan
adanya kemungkinan bahwa tabungan dan investasi dapat berkembang secara
terpisah, menciptakan lingkaran bisnis. Dalam masyarakat modern menabung dan
berinvestasi dilakukan oleh dua kelompok yang berbeda. Menabung adalah
“tindakan negatif untuk mengendalikan pengeluaran”, sedangkan investasi adalah
“tindakan positif untuk memulai atau mempertahankan beberapa proses produksi”
(1930: 155). Suku bunga bukan “mekanisme otomatis” yang menyatukan keduanya
(tabungan dan investasi) keduanya dapat keluar dari jalur” (1963: 393) dan
tabungan bersifat “abortif”. Jika investasi melebihi tabungan, akan terjadi
ledakan perekonomian, jika tabungan melebihi investasi, yang terjadi adalah penurunan.
Sepanjang masa depresi 1930-an,
Keynes mengecam para penabung dan penimbun yang terlampau hemat. Kebijaksanaan
konvensional di masa-masa buruk adalah mnegurangi biaya, menghindari utang,
menjaga uang tunai yang kuat, dan mneunggu sampai terjadi pemulihan. Keynes
menentang pendekatan “usang” ini, dan dia bergabung dengan ekonom lainnya,
termasuk Ralph Hawtrey, pejabat di departemen Keuangan Inggris, dan profesor
dari Harvard frank Taussig, untuk mendorong agar konsumen membelanjakan
pendapatannya.
Pertentangan Keynes terhadap
penghematan mencapai puncaknya dalam The General Theory dimana di
menyebut pandangan tradisional tentang tabungan sebagai “absurd”. Dia dengan
tegas menulis, “Semakin hemat diri kita, semakin kita tergantung kepada
tabungan, semakin ortodoks cara pembiayaan pribadi dan bangsa kita, akan
semakin turun pendapatn kita” (1973a: 111, 211) Keynes menguji gagasan
heterodoks dari tokoh-tokoh underground dan orang-orang aneh di bidang moneter,
seperti Bernard de Mandeville, J.A. Hobson, dan Silvio Gessel, yang menganut
pandangan underconsumptionist (1973a: 333-71). Dia jelas terpengaruh oelh
popularitas Major Douglas dari gerakan kredit sosial dan tokoh
underconsumptionist Foster dan Catchings selama era 1920-an.
Menurut Keynes, tabungan adalah
bentuk pengeluaran yang tak dapat diandalkan . ia hanya “efektif” jika tabungan
diinvestasikan oleh dunia usaha. Jadi, tabungan yang ditimbun, disimpan di
bank, adalah buruk bagi perekonomian.
Yang penting adalah “permintaan
efektif”, istilah baru yang diperkenalkan dalam Bab 3 The General Theory.
Apa-apa yang dikeluarkan oleh konsumen dan bisnis akan menentukan output
nasional. Keynes mendefinisikan permintaan efektif sebagai output agregat (Y),
yang merupakan penjumlahan dari konsumsi © dan investasi (I) dirumuskan : Y
= C + I
Sekarang kita menyebutnya Y, atau
“permintaan efektif” agregat sebagai produk domestic kotor (GDP). GDP
didefinisikan sebagai nilai dari output final dari output final dari barang dan
jasa selama setahun.
Solusi Keyenes untuk resesi adalah
menaikkan permintaan efektif . dengan menstimulasi permintaan melalui
penegleuaran tambahan, lebih banyak barang akan diproduksi dan ekonomi akan
pulih. Dalam pengertian ini, Keyens membalikkan hukum Say. Permintaan
menciptakan penawaran bukan sebaliknya.
Pada masa resesi, tidak hanya
banyak pilihan untuk menaikkan Y (Output nasional;). Pada masa penurunan,
komunitas bisnis mungkin takut membahayakan kapital pada I (investasi).
Demikian pula konsumen mungkin tidak mau menaikkan C (konsumsi) karena
pendapatan mereka tidak menentu. Baik investor maupun konsumen lebih
senang menunda aktivitas mereka.
Menurut Keynes, pemerintah harus
melakukan pengeluaran. Oleh karena itu Dia menambahkan G (Government) pada
persamaan pendapatan nasional sehingga (Y = C + I + G) . Keynes
memandang G (Pemerintah) sebagai agen independent yang mampu menstimulasi
perekonomian melalui kerja publik dan percetakan. Kebijakan pemerintah yang
ekspansioner dapat menaikkan “permintaan efektif” jika sumber daya dipakai
tanpa merugikan konsumsi atau investasi. Dalam kenyataannya, selama resesi,
kenaikan dalam G akan mendorong C dan I dan karenanya menaikkan Y.
Keynes menghindari solusi ekonomi
klasik untuk mengatasi kemerosotan, yang menganjurkan “pengencangan ikat
pinggang” dengan cara memotong harga, upah dan mengurangi pengeluaran sia-sia
sambil menunggu ekonomi pulih kembali. Sebaliknya, dia menganjurkan agar selama
resesi dilakukan pengeluaran defisit oleh Pemerintah federal untuk menggerakkan
ekonomi. Dia bahkan mendukung pendekatan yang lebih radikal pada masa depresi
yang parah seperti era 1930-an; pemerintah boleh melakukan pengeluaran yang
sia-sia tetapi bisa membantu pemulihan.
Keyenes menganggap bahwa
bermain-main dengan kebijakan fiskal (mengubah pengeluaran dan pajak) lebih
efektif ketimbang kebijakan moneter (mengubah persediaan uang dan bunga).
Keynes tidak percaya lagi pada kebijakan moneter dan Federal reserve pada
1930an, ketika suku bunga sangat rendah sehingga menurunkannya juga tidak ada
gunanya. Meminta federal Reserve untuk memperbanyak persediaan uang juga tidak
efektif karena bank tidak mau meminjamkan secara berlebihan. Keynes menyebutkan
hal ini sebagai “perangkap likuiditas”. Uang baru akan menumpuk tak terpakai
dan tak diinvestasikan karena adanya “preferensi likuiditas”, keinginan untuk
memegang uang selama depresi berat (1973a: 207)
Multiplier, sebuah konsep yang
diperkenalkan oleh Rihard Kahn adalah alat baru yang berguna dalam kotak
peralatan Keynesian. Konsep ini menunjukkan bahwa “kenaikan sedikit saja dalam
investasi akan menaikkan full employment” (J.M Keynes 1973a: 118). Pada
akhirnya, investasi publik memiliki efek multiplier yang menciptakan
tahap-tahap penurunan pengeluaran secara perlahan. Pada saat pengeluaran baru
berjalan, pengeluaran agregat telah naik sepuluh kali lipat. Rumus Keynes untuk
multiplier k adalah:K = 1___
1 – MPC
Dimana MPC = marginal propensity to
consume (kecenderungan marginal untuk mengkonsumsi)
Keynes tidak puas dengan tindakan
temporer seperti kerja publik dan pengeluaran defisit untuk menciptakan
lapangan kerja penuh ( full employment). Setelah output maksimu tercapai,
menurutnya tidak ada alasan untuk percaya kondisi itu akan tetap selamanya.
Menurut Keynes investasi adalah kegiatan yang tidak bisa diprediksi dan hanya
berlangsung sementara. Ekspektasi jangka penjang, iklim bisnis yang stabil, dan
tabungan yang sama dengan investasi tidak bisa dijamin bertahan selama
“semangat binatang” yang irasional masih beroperasi di dalam pasar finansial laissez
faire. Solusi Keynes adalah mendukung “solusi investasi” bertahan tetapi
komprehensif sebagai “satu-satunya cara menjamin keadaan yang mendekati full
employment” (1973a: 378). Ini bukan berarti “sosialisme Negara” tetapi
berarti bahwa pemerintah memiliki seluruh pasar modal. Keynes juga menyetujui
“pajak transfer” kecil untuk semua penjualan sekuritas sebagai cara untuk mengurangi
spekulatif.
Keberhasilan ilmu ekonomi Keynes
yang terbilang besar untuk sebagian disebabkan oleh keberhasilannya dalam
melenyapkan masalah pada saat itu, yakni, depresi dan pengangguran. Mereka yang
memperoleh keuntungan dari teorinya itu, diantaranya meliputi (Jacob Oser dan
Stanley L. Brue, The Evolution of Economic Thought, Harcourt Brace Jovanovich,
Publisher, sa Diego, 1988, h. 414):
- Keseluruhan masyarakat memperoleh manfaat dari teori Keynes karena perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh atau lebih penuh, dan individu-individu dan kelompok-kelompok yang menderita kerugian karenanya (misalnya, para administrator program kompensasi pengangguran) dapat dengan mudah diabaikan.
- Kendatipun buruh terkadang berkeberatan terhadap usulan-usulan Keynesian tertentu, mereka dengan kuat menyetjui tujuan-tujuan Keynes yang lebih besar. Keanaikan permintaan keseluruhan menuju pasar buruh yang ketat dan memperkenankan serikat buruh untuk bernegoisasi untuk memperoleh upah dan kondisi kerja yang lebih baik dengan ketakutan akan kehilangan kerja yang lebih sedikit merupakn salah satu keuntukngan daripadanya.
- Kepentingan bisnis dapat dipennuhi oleh perjanjian-perjanjian dan dorongan pemerintah untuk dapat melepaskan diri dari resesi atau depresi. Ketika para banker memiliki cadangan yang berlebihan dalam tahun 1930-an, mereka menemukan daerah luas dan menguntungkan untuk melakukan investasi dalam obligasi pemerintah, dan pengawasan pemerintah memberi sistem perbankan likuiditas, keamanan, dan stabilitas.
- Para petani telah lama menikmati kebijaksanaan moneter yang mudah dan suku bunga yang rendah. Mereka pun sangat menggantungkan diri pada program-program pemerintah yang sangat besar untuk sektor pertanian
- Dalam tahun 1960-an dan 1970-an konsumen umumnya menganggap beruntung karena pemotongan pajak dan mendukung politisi yang mendorong dan menyuarakan kepentingan mereka. Pemotongan itu yang tidak dibarengi oleh penurunan belanja pemerintah keseluruhan, disahkan oleh asas Keynesian bahwa mereka perlu mendorong permintaan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam tahun 1980-an alasan untuk pemotong pajak dilakukan atas orientasi ‘sisi penawaran’ meskipun mungkin dianggap bertentangan dengan orientasi permintaannya, namun akhirnya konsisten dengan asas-asas Keynesian.
- Para reformmis dan intelektual bergembira karena terjadi kenaikan kesempatan kerja dalam birokrasi pemerintah
Pada tahun 1920an inflasi menyusut dan Inggris menjadi sebuah negara yang mengalami fluktuasiekonomi dan priode pengangguran yang berkepanjangan. Melalui karyanya, ATreatise on Money (Keynes, 1971-89,vol. 5 dan 6) Keynes meneliti secara rinci hubungan antara uang, harga dan pengangguran. Keynes menunjuk hubungan antara investasi dan tabungan adalah factor utama penyebab terjadinya fluktuasiekonomi. Menurut Keynes, ketika orang menabung lebih banyak dibandingkan peruashaan yang berinvestasi, maka perusahaan akan mengalami kelebihan kapasitas produksi, sedangkan konsumennya barkurang, disislain apabila investasi melebihi yabungan, maka pengeluaran dalam perekonomian akan semakin banyak. Semua pengeluaran ini akan menyebabkan naiknya upah dan biaya produksi dan juga naiknya harga barang-arang yang dikonsumsi masyarakat, sehingga akan terjadi inflasi.
Antara investasi dan tabungan
merupakan dua kegiatan yang dilakukan oleh rumah pelaku ekonomi yang berbeda
yajni rumah tangga konsumen dan erusahaan,sehingga untuk mencapai keputusan
yang seimbang antara investasidan tabungan sukit dicapai. Keynes kemudian
berpendapat bahwa bank sentral lah yang bartugas untuk menyeimbangkan dua
variable ini. Jika tabungan melebihi investasi, bank sentral harus menurunkan
suku bunga. Sehingga tabungan akan berkurang dan memicu peminjaman. Sebaliknya,
apa bila investasi melebihi taungan, bank sentral harus menaikan suku bunga
sehinggaa menaikan tabungan dan mengurangi pinjaman.
Keynes kemudian menjelaskan tentang apa yang menentukan tingkat suku
bunga. Menurut Keynes, suku bunga ditentukan oleh pasar uang tempat orang dan
perusahaan menginginkan uang peran bank sentral disini sebagai pengendali
peredaran uang. Permintaan uang berasal dari keputusan portofolio yang dibuat
oleh orang-orang dan perusahaan. Mereka bisa tetap menyimpan uang atau
menyimpannya dalam bentuk saham, obligasi dan asset-aset lainnya. Ketika bank
sentral menaikan penawaran uang mereka akan membeli obligasi pemerintah, akan
tetapi keputusan ini mengandung konsekuensi. Konsekuensinya bahwa harga
obligasi berhubungan secara terbalik dengan tingkat suku bunga jika obligasi
naik, maka suku bunga akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu ketika bank sentral membeli obligasi, hal ini menaikan harga
obligasi dan menurunkan tingkat pengembalian aset. Dipihak lain, apabila bank
sentral ingin mengurangi peredaran uang maka pemerintah harus menjual obligasi.
Agar masyarakat mau membeli obligasi ini maka harus ditawarkan dengan harga
yang rendah, dan mereka akan memperoleh tingkat pengembalian uang yang
tinggi,atu tingkat suku bunga akan naik.Keynes m endukung penciptaan
uang(kebijakan moneter) serta pengeluaran pemerintah dan pemotongan pajak(kebijakan
piskal).
Dalam beberapa bagian Keynes (1971-1989, vol.7, hlm. 378) menyerukan
“sosialisasi investasi yang menyeluruh.” Yang dimaksud Keynes disini
adalah Keynes mendukung kebijakan pengeluaran pemerintah untuk menstabilkan
tingkat investasi agregat dalam perekonomian nasional. Keynes percaya
bahwa pengeluaran konsumen relative stabil, dan hany berubah sedikit dari tahun
ke tahun. Tetapi investasi bisnis dikendalikan oleh” semangat kebinatangan”
yang berubah-ubah. Perubahan dalam kepercayaan bisnis atau ekspetasi tentang
masa depan akan mengubah tingkat investasi dan memiliki dempak basar terhadap
ekonomi. Ketika perusahaan yakin tentang perekonomian, mereka akan lebih banyak
melakukan investasi dan perekonomian akan berkembang pesat. Perkembangan ini
akan memperkuat tentang ekspektasi keuntungan, dan mengakibatkan bertambahnya
optimism dan investasi. Dilain pihak yang lain apabila perkiraan kinerja
ekonomi yang buruk akan menurunkan investasi, memperlambat perekonomian dan
memperkuat pesimisme perusahaan akan keuntungan di masa depan. Dan akibat dari
hail tersebut ketika muncul optimism perekonomian akan berkembang pesat, namun
sebaliknya ketika terjadi pesimisme perekonomian akn mengalami penurunan
investasi yang dramatis dan terjadi pengangguran besar-besaran.
Solusi yang ditawarkan Keynes
atas permasalahan tersebut adalah pemerintah harus menstabilkan tingkat
investasi. Ketika tingkat investasi swasta rendah, seharusnya meminjam
uang(yaitu menjalankan deficit anggaran) dan berperan serta dalam investasi
public seperti pembuatan jalan raya dan jembatan baru dan lebih banyak
mengeluarkan uang untuk sekolah dan pendidikan yang lebih baik.
Sebaliknya apabila investasi bisnis tinggi pemerintah harus menghentikan
peminjaman dan mengurangi investasi public.
Pada tahun 1940 keynes kembali
bekerja di pemerintahan Inggris, pada saat perng dunia II ia mengembangkan
usulan untuk membantu keuangan Inggris, Keynes mengusulkan sebuah sebuah
rencana tabungan wajib atau pembayaran yang ditunda(deferred pay). Idenya
adalah semua warga Negara dengan pendapatan yang lebih besar dibandingkan
pendapatan minimal akan diambil sebagian uang upahnya dan dimasukkan dalam
rekening khusus. Rekening ini akan memperoleh bunga selama perang berlangsung
dan tidak bisa diambil kecuali dalam keadaan darurat.
Setelah perang dunia II berahkir,
Keynes bekerja untuk aransemen moneter internasional yang dikembangkan oleh
pemerintah-pemerintah Negara pemenang perang. Ia meyakini bahwa penyebab utama
dari depresi duni pada tahun 1930-an adalah karena setiap Negara berusaha untuk
mengekspor pengangguran ke mitra dagangnya. Dengan menciptakan surplus
perdagangan setiap Negara akan memproduksi banyak barang dan menbuka banyak
lapangan kerja, sedangkan kondisi Negara mitranya akan mengimpor barang-barang
tersebut. Akibatnya, semakin sedikit pekerja yang dibutuhkan dan pengagguran
akan tinggi atau meningkat. Sebagian besar Megara menciptakan surflus
perdagangannya dengan mendevaluasi mata uangnya. Dengan nilai mata uang asing
yang lebih tinggi dan harga barang-barang luar nergi lebih mahal, Negara
berharap masyarakat lebih banyak membeli produksi dalam negri. Masalahnya
adalah ketika suatu Negara mendevaluasi mata uangnya dalam rangka menciptakan
ekspor dan lapangan kerja untuk warga negaranya, Negara lainpun akan
melakukannya. Hasilnya adalah serangkaian devaluasi di semua Negara yang tidak
berarti.
Untuk memecahkan permasalahan
tersebut, Keynes mengusulkan system nilai tukar relatif tetap. System ini
kemudian dikenal dengan nama system Bretton Wood. System ini mensyaratkan
setiap Negara menetapkan mata uang asingnya pada satu ons emas dan
mempertahankannya pada tingkat itu. Karena setiap mata uang terikat dengan
emas, maka setiap mata uang akan terikat dengan mata uang Negara lainnya.
Bretton Wood dijalankan selama 25
tahun. Sepanjang periode ini pertumbuhan ekonomi dunia berada pada tingkat yang
belum pernah tercapai sebelumnya dan tingkat pengangguran di Negara-negara maju
mencapai titik terendah. Akan tetapi system ini berakhir pada agustus 1971
karena pemerintahan Amerikaserikat khawatir ketika terjadi kesepakatan nilai
tukar ttetap dicapai, emas akan cepat mengalir keluar ke Negara lain. Oleh
sebab itu lahirlah system nilai tukar variable dan fleksibel yang digunakan
sampai sekarang.
Cara kedua yang diajukan oleh
Keynes untuk menangani dampak devaluasi yaitu dengan menetapkan mekanisme
internasional untuk membantu menghilangkan ketidak seimbangan. Keynes ingin
membangun system yang akan meminjamkan uang kepada Negara yang menjalankan deficit
anggaran dan menghukum Negara-negara yang terus- menerus menjalankan surplus
perdagangan. Sebgaimana kebijakan piskal dan moneter yang terkandung dalam The
General Theory. Hal ini akan mendorong Negara mengeluarkan uang untuk barang
luar negri dank arena itu menahan setiap kecenderungan menuju depresi lain.
- teori-teori Keynes mendapatkan kritikan, paling tidak dari tiga jurusan yakni dua mewakili penafsiran minorotas Keynes dan ketiga merupakan suatu serangan langsung (James W Dean 1987), hal ini ditandai dengan lahirnya aliran “pasca Keynes” yang dimotori oleh Nicolas Kaldor dan Joan Robinson kemudian dilanjutkan dengan serangan oleh kelompok evolusioner dengan menyatakan bahwa teori makro neo-keynesian tidak konsisten dengan aksioma kramat neoklasik mengenai maksimasi universal secara konvensional diasosikan dengan keseimbangan untuk seluruh pasar, teori neo Keynesian juga melanggar aksioma lainnya yakni “hukum Walras” yang membenarkan kesimbangan umum. Dilain pihak Robert Clower pada tahun 1965 menulis “hukum Walras” yang tidak sesuai dengan ekonomi Keynes, atau Keynes yang tidak mempunyai sesuatu yang pada dasarnya baru untuk ditambahkan pada teori ekonomi ortodoks, perhatian Clower ini berangkat dari pengelihatannya, bahwa kunci hubungan prilaku makro Keynes, yakni “fungsi konsumsi” tidak konsisten dengan maksimasi tingkat mikro.
- Penerapan Keynesian berhasil mengatasi resesi dunia 1930 dan melahirkan Bretton Woods. Amerika Serikat di bawah Presiden John F. Kennedy dan Richard Nixon menerapkan Keynesian untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi Keynesian tak dapat mengimbangi dinamika pergerakan sektor moneter. Lalu dipelopori oleh Prof Samuelson dengan teori Neo Classic Monetarism, Presiden Ronald Reagan dan PM Inggris Margarett Tacher menerapkan Classical Economics. Ajaran ini ternyata mengakibatkan fluktuasi investasi dan kesempatan kerja dan pada 1982 tidak dipakai lagi.
referensi ;
- Skousen, Mark. 2006. Sang Mestro”Teori-teori Ekonomi Modern”: Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Perdana Media.
- Pressman, Steven. 2001. Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Jakarta: PT. Grapindo persada
- Kusnendi. 2002. Teori Makro Ekonomi. Bandung: Prodi Ekonomi dan Koperasi UPI
- Sastradipura, komarudin. 2001. “Sejarah Pemikiran Ekonomi”:Suatu Teori dan
Komentar