Referensi diskusi tentang misteri sejarah Indonesia yang samar .. Kagem poro
pinisepuh, para sahabat dan semuanya, mungkin topik yang saya sajikan ini
sudahlah bukan hal baru lagi, kita semua tahu bahwa semua mata dunia tertuju
pada hasil penelitian proffesor Arysio Santos seorang ahli geology dari Brazil,
yang menyatakan bahwa misteri peradaban surga Atlantis yang di paparkan oleh
Plato adalah Indonesia.
Saya
tertarik menjadikannya bahan diskusi, karena adanya seorang putra bangsa
Indonesia sendiri yang mengkritisi penemuan ini, adalah Bapak Harry Truman
Simanjuntak dari Pusat Arkeologi Nasional yang menyatakan… “Sayang sekali, kita
sebenarnya menginginkan piramida dan atlantis itu ada di negeri ini,Tapi
kenyataannya tidak ada bukti arkeologi, sehingga kita juga tidak ingin
mengada-ada.”
Menurut
beliau, Santos menggunakan kajian geologi, paleogeografi, dan paleoiklim yang
sangat terbatas, tidak menggunakan kajian arkeologi. Bahkan Santos belum pernah
berkunjung ke Indonesia. Inilah diantaranya yang menyebabkan banyak kerancuan
dalam pendapat Santos soal lokasi atlantis yang hilang itu.
Dalam
menanggapi pendapat adanya peradaban atlantis (12.000 tahun lalu) dan piramida
(4.000 tahun lalu) di Nusantara, Simanjuntak memberikan dua alasan
penolakannya:
Pertama,
kerangka waktu kemunculan peradaban keduanya bertentangan dengan bukti-bukti
arkeologi. Bahwa kurun waktu 12.000–2.000 tahun lalu belum ada peradaban di
Nusantara ini, yang ada baru kehidupan berburu dan meramu.
Kedua,
Nusantara tidak mengenal bentuk piramida, namun nenek moyang kita membangun
punden berundak untuk sarana menghormat roh leluhur. Budaya megalitik sendiri
baru berkembang sekitar awal Masehi dan terus berlanjut hingga jauh ke zaman
sejarah.
Sedangkan
Bapak Arysio Nunes Dos Santos memiliki opininya tersendiri…
Selain pemaparan di atas, beliau juga melengkapinya dengan buku terbitan terbarunya: “Atlantis The Lost Continents Finally Found”… di mana buku ini sewaktu ditanyakan ke ‘Amazon.com’ hanya dalam seminggu langsung habis tidak bersisa. Bukunya ini terlink ke 400 buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visitors. Ini adalah iklan gratis untuk mengenalkan Indonesia secara efektif ke dunia luar, yang tidak memerlukan dana 1 sen pun dari Pemerintah Republik Indonesia.
Selain pemaparan di atas, beliau juga melengkapinya dengan buku terbitan terbarunya: “Atlantis The Lost Continents Finally Found”… di mana buku ini sewaktu ditanyakan ke ‘Amazon.com’ hanya dalam seminggu langsung habis tidak bersisa. Bukunya ini terlink ke 400 buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visitors. Ini adalah iklan gratis untuk mengenalkan Indonesia secara efektif ke dunia luar, yang tidak memerlukan dana 1 sen pun dari Pemerintah Republik Indonesia.
Secara tegas
dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun
yang lalu itu adalah di Indonesia. Selama ini, benua yang diceritakan Plato
2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang
memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang
kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi
sebagai hukuman dari yang Kuasa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa,
dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban
tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis itu.
Prof. Santos
mengatakan bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun
terakhir ini. Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini
adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik,
Ethnologi, dan Comparative Mythology.
Pencarian
dilakukan di Samudera Atlantik, Laut Tengah, Karibia, sampai ke kutub Utara.
Pencarian ini sama sekali tidak ada hasilnya, sehingga sebagian orang
beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu hanyalah negeri dongeng semata.
Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak
pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi yang benar secara
menyakinkan adalah Indonesia.
Plato pernah
menulis tentang Atlantis pada masa dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan
Dunia Barat (Western World). Sampai saat ini belum dapat dideteksi apakah sang
ahli falsafah ini hanya menceritakan sebuah mitos, moral fable, science
fiction, ataukah sebenarnya dia menceritakan sebuah kisah sejarah. Ataukah pula
dia menjelaskan sebuah fakta secara jujur bahwa Atlantis adalah sebuah realitas
absolut ?…
Plato
bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia,
dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai
pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi,
dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Dalam
bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi
matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana
temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih
dingin dari sekarang. Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu
hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa. Posisi Indonesia
terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan
sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke
Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.
Gunung utama
yang disebutkan oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini
adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba).
Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi
adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Masih
menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat,
berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi
realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan
bukan di tempat lain. Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing,
ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau
kejadian yang sama. Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari
beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.
Semua suku
bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian
menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta
tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk
berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban
secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene, di mana Pada Zaman Es
itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung,
batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi,
pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak,
gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang
sekaya ini (!). Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut
naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa
keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.
Suku Aryan
yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. Karena
glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka
bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia
Utara. Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali
budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka. Catatan terbaik dari
tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci
di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah
pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.
Sementara
suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia. Migrasi
besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika
teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan
diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang
disebut Neolithic Revolution. Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari
Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang
dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan
adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang
integral dari Indonesia.
Dari
Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi
budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma,
Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat
mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala,
Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.
Itulah
ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis
yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia. Bukti-bukti yang menguatkan
Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya
disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai
‘Checklist’.
Profesor
Santos akan terus melakukan penelitian lapangan lebih lanjut guna membuktikan
teorinya. Kemajuan teknologi masa kini seperti satelit yang mampu memetakan
dasar lautan, kapal selam mini untuk penelitian (sebagaimana yang digunakan
untuk menemukan kapal ‘Titanic’), dan beragam peralatan canggih lainnya
diharapkannya akan mampu membantu mencari bukti-bukti pendukung yang kini
diduga masih tersembunyi di dasar laut di Indonesia.
Jika memang
semua itu benar, Sebagai warga Nusantara tentu kita semua bangga dengan
penemuan ini, Apapun yang di ungkapkan para ahli dan para ilmuwan, kita semua
berharap bahwa forum ini ilmiah berbeda dengan forum politik. Politik
kadang menemui deadlock karena unsur kepentingan
pribadi, namun ilmiah itu bersifat netral, Asal kita bisa berpikiran
terbuka, apapun perbedaan pendapat itu akan ada jalan keluarnya.
Dan kalau
masih ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali
tidak meyakinkan untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa
maju yang diturunkannya itu, maka sangat penting bagi kita untuk selalu
bersikap positive, berpikiran terbuka dan tetap eling lan waspada, bahwa ini
adalah suatu proses maju atau mundurnya peradaban yang memakan waktu lebih dari
ribuan tahun.
referensi; berbagai sumber
Komentar