Socrates
adalah seorang filosof dengan coraknya sendiri. . Ajaran filosofinya
tak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan,
dengan cara hidup. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika
ditilik benar-benar, ia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan
hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan
ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya
mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak
mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. kebenaran itu
tetap dan harus dicari.
Tujuan
filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk
selama-lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis,
yang mengajarkan, bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus
dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat,
bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri, melainkan
setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang
yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai
kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir
dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan
menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu
metodenya disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran yang
tetap dengan tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan
pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan
definisi. Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode
Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha
mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan
lawan saksi.
Komentar